imsitumeang

Archive for Agustus, 2016|Monthly archive page

Indonesia Harus Sukses

In Uncategorized on f 30, 16 at 3:23 am

Di usianya yang ke-71 tahun, Indonesia jangan terkungkung urusan mendasar saja. Kita semestinya mulai merintis tujuan lanjutan. Faktanya kita masih mengurusi masalah remeh-temeh saat negara lain sibuk memikirkan ide-ide besar dan melaksanakan kerja-kerja raksasa. Tengoklah kita terlalu banyak berkicau saluran air yang pampat sehingga menggenangi terminal baru di bandara. Korea Selatan, misalnya, mungkin tengah sibuk membuat rudal atau pesawat luar angkasa.

Padahal, hari kemerdekaan Korea Selatan cuma dua hari lebih dulu daripada Indonesia. Korea Selatan merdeka tanggal 15 Agustus 1945, sedangkan Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Tapi, ihwal kemajuan, Indonesia tertinggal 20 tahun bahkan lebih di belakang Korea Selatan. Kita bahkan tertinggal dibandingkan negara-negara yang merdeka belakangan. Kita tertinggal, misalnya, oleh negara tetangga Singapura yang merdeka tahun 1965. Jangan-jangan tak terlalu lama, kita juga tertinggal oleh negara yang belakangan merdeka seperti Vietnam.

Oleh karena itu, tidak ditemukan jalan lain, kecuali kita mengejar kemajuan. Indonesia yang berkemajuan. Kita bahkan mampu menyamai bahkan melewati kemajuan negara-negara lain. Kita bisa kok ‘menyalip di tikungan’. Pertanyaannya, apakah kita sanggup melakukannya di usia, yang diibaratkan umur manusia tergolong tua? Tentu saja sanggup karena pertambahan usia adalah kepastian, tapi menjadi tua ialah pilihan.

Kita tentu saja tidak hendak memilih menjadi tua. Kalaupun tua, kita tak boleh renta sehingga kita tetap bersemangat mengejar kemajuan. Pertanyaannya, kapan kita mulai? Kita mesti memulainya dengan memapankan pelembagaan atau institusionalisasi politik. Karena kebijakan negara merupakan hasil kompromi dan keputusan politik. Lembaga politik yang mapan mampu menghasilkan kebijakan negara yang mumpuni.

Negara-negara yang pelembagaan politiknya mapan terbukti menikmati kemajuan. Amerika Serikat, Korea Selatan, atau Singapura hanya contoh beberapa negara yang menikmati kemajuan karena kemapanan lembaga politiknya. Indonesia memilih jalan demokrasi untuk mencapai kemajuan. Oleh karena itu, kita harus memapankan lembaga demokrasi seperti memperkuat hubungan legislasi antarlembaga negara DPR dan DPD, serta antara DPR – DPD dan Presiden.

Karena kita memilih sistem presidensial maka kita memapankan lembaga kepresidenan khususnya dan lembaga eksekutif umumnya. Lembaga eksekutif yang memutuskan sekaligus melaksanakan berbagai program/kegiatan. Hanya lembaga eksekutif mumpuni yang sanggup melaksanakan berbagai kebijakan menuju kemajuan.

Negara yang gagal mewujudkan pelembagaan politik bukan saja tak bisa mencapai kemajuan, melainkan juga menjadi negara gagal. Bila kita gagal melakukan pelembagaan politik, Indonesia bukan tidak mungkin juga menjadi negara gagal.

Indonesia yang berkemajuan adalah Indonesia sebagai bangsa pemenang. Setiap era mempunyai caranya masing-masing untuk menjawab tantangan zaman. Era kekinian tentu saja berbeda dengan masa beberapa dekade yang lalu, baik tantangan, ancaman, maupun peluangnya.

Takdir zaman begitu yang tengah dihadapi bangsa ini saat usianya menginjak ke-71 tahun. Saat para bapak bangsa memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, cita-cita besar mewujudkan kesejahteraan yang merata tertancap kuat dalam tekad mereka. Para bapak bangsa mengakui bahwa kemerdekaan tidak menyudahi segala persoalan. Bahkan, kemerdekaan memunculkan sejumlah persoalan sekaligus menjanjikan solusinya. Kemerdekaan merupakan jalan lempang menjadi bangsa pemenang.

Kini, di satu sisi, berbagai persoalan berkelindan seiring dengan globalisasi. Republik ini dihadapkan pada kompetisi yang ketat antarbangsa-bangsa di dunia. Di lain sisi, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan untuk memperketat daya saing bangsa belum terakselerasi.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua tahun 2016 mencapai 5,1%, kendati bertambah tapi belum mendekati target 7% di tiga tahun ke depan. Rasio gini masih berkutat di kisaran 0,41, belum beranjak mendekati 0 yang menggambarkan ketiadaan kesenjangan. Betul bahwa jumlah penduduk miskin menurun dari 11% ke 10,86%, tapi jumlahnya masih lebih 28 juta jiwa. Sedangkan daya saing Indonesia hasil survei International Institute for Management Development (IMD) tahun 2016, peringkatnya turun enam peringkat dari peringkat 42 tahun lalu ke peringkat 48 tahun ini.

Pemerintahan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla menyadari situasi tersebut. Tapi, sejumlah persoalan yang belum dirampungkan pemerintah dalam satu dekade terakhir menjadikan akselerasi tersebut tersendat. Namun, sejarah bangsa ini tidak mengenal menyerah. Beragam krisis, baik krisis ekonomi, sosial, maupun politik, kerap silih berganti, tapi terbukti bangsa ini mampu keluar dari kemelut tersebut.

Sebagian besar anak bangsa ini masih terus menyalakan api revolusi kemerdekaan dan menggenggam asa tujuan menjadi bangsa yang besar, sekaligus bangsa berkemajuan. Bangsa pemenang. Anak-anak bangsa ini bahkan telah menorehkan prestasi internasional, menjadi para penakluk dunia di beragam bidang.

Kita mengharapkan pemerintah mengelola negara di jalur yang tepat. Hasil berbagai survei menunjukkan tingkat kepercayaan dan kepuasan rakyat terhadap pemerintah masih sekitar 65%. Tingkat kepercayaan dan kepuasan rakyat itu adalah modal sosial politik menghadapi tantangan zaman yang kian kompleks. Sebuah modal yang teramat sayang bila tidak dimanfaatkan sebagai energi besar untuk terus menggelorakan tekad menuju kejayaan.

Tekad menjadi bangsa berkemajuan hanya bisa diraih bila kepercayaan, kebersamaan, dan kerja keras disimpulkan sebagai gerakan yang bertumbuh berkembang di tengah-tengah denyut kehidupan anak bangsa. Usia 71 tahun saat kita memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 2016 ini bukan menandakan Indonesia yang tua, renta, lalu mati. Jangan terjadi. Indonesia harus sukses.

Dirgahayu Indonesia!