imsitumeang

Era Ekonomi Asia Timur?

In Uncategorized on f 30, 10 at 6:09 am

Laporan tengah tahunan Bank Dunia menyebut ekonomi Asia Timur booming atau berjaya. Pertumbuhan negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mencapai tingkat sebelum krisis global tahun 2008. China memimpin kejayaan Asia Timur. Satu negara yang dikecualikan adalah Jepang, negara yang dulu raksasa ekonomi Asia tapi kini tidak bergerak (standstill).

Di antara faktor-faktor pendukung keberhasilan ekonomi Asia Timur adalah penggiatan ekspor dan penguatan struktur sehingga pijakannya kuat dan relatif terbebas guncangan krisis. Selain itu, penduduknya yang berusia produktif, kebijakan investasinya yang menarik, dan kemampuannya mengikuti pola rantai pasokan global, kebangkitan kelas menengah.

Faktor-faktor pendukung tersebut menjadikan Asia Timur sebagai kawasan yang pertumbuhannya berjaya. Penjualan televisi, mobil, motor yang tinggi adalah tolok ukur yang menguatkan laporan tengah tahunan Bank Duni.

Tetapi, Bank Dunia mengingatkan, seiring booming ekonomi Asia Timur juga mengintai potensi krisis seperti tahun 1997. Alasannya, kejayaan juga ditopang modal masuk berjumlah besar yang mengerek kenaikan harga saham, juga properti. Padahal, kondisi begini menciptakan gelembung (bubble).

Karena laporan tengah tahunan Bank Dunia juga menyinggung Indonesia, maka harus diingat bahwa pertumbuhan Indonesia juga memiliki potensi menciptakan gelembung. Indonesia disebut berhasil keluar dari krisis tahun 2008 bahkan membukukan pertumbuhan yang positif, sekitar 4%. Tapi, pertumbuhan yang diperkirakan lebih tinggi lagi tahun ini, sekitar 6%, memiliki kesenjangan jika dikaitkan dengan kenyataan rakyat Indonesia. Masih tingginya angka kemiskinan, sekitar 33 juta orang yang berpendapatan US$ 1 per hari atau sekitar 100 juta orang jika dinaikkan menjadi US$ 2 per hari, adalah salah satu indikatornya.

Laporan tengah tahunan Bank Dunia menyisakan pertanyaan yang memprihatinkan, bahwa meski disebut berjaya, ekonomi Indonesia masih belum ideal, karena banyak bertumpu ekspor komoditas, seperti minyak dan gas, sementara kontribusi manufaktur yang produknya bernilai tambah tetap minim. Selain itu, perekonomian Indonesia lebih bertumpu konsumsi.

Jika ekonomi begini, selain tak memiliki kemandirian, Indonesia diperkirakan terus merugi karena impor barang konsumsi akan terus bertambah.

Tinggalkan komentar